n_n
Hatiku biru sendu, padahal jingga merona dilangit sore ini.
Ku menatapnya terpaku, begitu indah, jika saja senja dapat membagi sedikit
jingganya mungkin hatiku takan sebiru ini.
Senja kau adalah senyuman mentari kala ia telah menunaikan tugasnya memberikan kehangatan dan nurnya kpd setiap makhluk di alam ini, terkecuali aku.
Libur panjang menyambutku. Inilah saat yg ku nantikan. Bukan tuk rehat sejenak melainkan tuk berlari dari rasa..
Untuk melarikan diriku.
Mungkin ini bukan yg terakhir.
Ya, sebelum semua benanr" selesai mungkin kan ada pertemuan lainya, tp ku masih dapat menghindar bukan?
"semoga"
Terbalut senyum getir ketika ku terlelap dalam lamunan.
"DOrrr"
" apppaaa si wie?" ku tersentak kaget.
"ngelamun aja si lu.. katanya tadi lu bilang mau pulang tapi ko malah ngelamun disini. Kesambet lu tar!". "wieee.." ku memeluknya eratt. "apa-apan si lu.. Malu tau , tar dikira lu sama gue ga normal lg ". " ahh elu, emang lu ga bakal kangen apa ma gue? Skrng ujian uda kelar, pasti jadi jarang ketemu lagi kan!". "iya ya aii, pasti gue kangen banget sama lo". Tergurat kesedihan di raut wajah sahabatku yang membuatku ku ragu menyambut libur panjang dengan senyuman kebebasan.
" jangan sedih wie, walau ga bisa tiap hari ketemu, kitakan masih punya banyak waktu.. Hemm.. uda sore wie, gue harus pulang."
***
Bulan purnama.
Siapa yang tak menyukainya. Cahaya lembut yg menyinari setiap celah di malam gulita yang memberikan kedamaian kepada setiap yang bernaung di bawahnya, kecuali AKU dan bintang.
Apa yang bisa ku lakukan di malam yang sesepi ini. Ku lirik tumpukan buku-buku contoh soal" SPMB. Belum ku menyentuhnya tapi rasa jengah mendera. Apa yg bisa ku lakukan dengan buku-buku itu? Membacanya? Mengerjakannya?
Semua percuma!!! Tak mungkin isi dari buku itu tersimpan di laci" otakku bila setiap tempat telah terisi semua tentangnya. Ku sadari konsentrasiku melemah dan fokusku telah lama hilang. Semua karnanya.. Karna ku selalu memikirkannya.
Ku hempaskan tubuhku pada ranjang di balik jendela. Ku diam menelusuri setiap implus saraf di otakku dan mencoba menghapus setiap memori tentangnya. Ingatan itu terlalu kuat, dan aku kalah.
Tuhan apa yang harus ku lakukan untuk sedikit saja mengurangi siksa ini? Aku ingin bercerita. Namun tiada seorangpun disini.
"sang bintang"
Ya!! Ku dapat bercerita padanya. Mataku menerawang pada langit pekat di balik jendela. Tapi tak nampak satu titik cahayapun di sana.
Semua karena purnama!! Andai saja cahanyanya tiada, mungkin titik-titik cahaya bintang akan lebih indah menghiasi malam.
Kuraih ponselku yang tak pernah berdering itu.
" 7 message "
Meski ku membencinya tapi ku tetap merindukannya. Aku berharap...
Ku lihat stiap daftar nama pesan baruku. Aku kecewa. Tiada pesan darinya.
Ku baca pesan-pesan itu, namun tiada yang dapat merubah rasa sepi itu. SMS BASI !!! Gumamku bersuara.
Ingin rasanya ku banting benda tipis itu, pada kasur empukku tentunya . Sebelum ku lakukan, tanpa getar dan suara ,
1 message tertera di layarnya. Ku buka kotak masuku.
Tanpa nama, dadaku berdegup ,aku berharap..
085710xxxxxx
Tentu ku kenal digit angka itu. Dengan cepat ku membukanya..
" Jelekk "
Diterima: 08:27:05pm
Hari ini
Dari:
(tidak ada nama)
085710xxxxxx
"masih berani sms gue ni orang"
sebenarnya hati bahagia tetapi rasa itu beriringan dengan perih.
Teringat lagi semua tentangnya yang mengisi sepiku. Tentangnya yang mampu menyentuh dan menerangi sudut gelap hatiku. Dan tentangnya yang menorehkan luka.
Dia..
###
" Lek di mana? "
¤¤¤
" di kosan "
¤¤¤
" ma sapa? Vita ada? "
¤¤¤
Belumku sempat membalas pesannya ku dengar ada yang mengetuk pintu.
"Asalamualaikum"
Rumah ini atau kontrakan ini, tapi ku lebih suka menyebutnya dengan kosan. memang tempat yg terlalu bebas, tapi tidak untuk sesuatu hal yang negatif. Tak terasa 3 tahun ku di sini. Jauh dari orang tua. Tempat ini penuh dengan kenangan bersama semua sahabat-sahabatku. Ya semuanya. Setiap hari penuh dengan canda tawa ,bersenda gurau, bernyanyi" bersama dan mengerjakan tugas-tugas bersama. Pasti kan kurindukan saat-saat di tempat ini kala saatnya ku pergi nanti.
Aku bangkit berdiri tuk membukakan pintu. 3 4 langkah, Pintu telah di dibuka olehnya yang mengetuk. Hal yang biasa di sini. Rumah ini memang seperti rumah mereka sendiri.
Dia tersenyum.
Ku membalas senyumannya seraya membalikan badan dan ia mengikuti arah langkahku.
"vita ga ada? Kemana?" tanyanya memecah bisu.
" ga ada , dia pergi rapat " , benaku kontra denan basi-basinya itu..
Helloo, bener-bener basa-basi yang basi!!! Kalo lu ga tau vita ga ada, mana mungkin lu datang kesini setelah kejadian tempo hari itu
" kamu ga ikut rapat? Susulku bertanya.
" nanti " jawabnya singkat. Ku diam dan kembali pada buku" plus televisi di hadapku..
Tlah lama ku rasa tidak berada berdua dengannya sedekat ini, mungkin semenjak kejadian itu. Kejadian yg merubah keadaan. Kejadian yang mungkin merenggangkan jarak antara ragaku dan dia. Kejadian yang dapat mengantisipasi rasa pada diriku yg tidak mereka inginkan. Tapi semua percuma. Rasa yang datang kepada siapapun. Dan ketika rasa itu ditakdirkan untuk ada, maka ia akan tetap ada. Seberapa besarpun hal untuk mengantisipasinya.
Sebelum rasa ini berubah aku tak peduli jika harus menjauh darinya dan memilih sahabat"ku, tapi saat ini berbeda.. Entah apa yg ku rasa, aku tak mengerti. Dan aku takan mengucapkan kalimat itu bahkan pada diriku sendiri.
"lek,"
"iya, apa" jawabku.
(......................)
Tak pernah ada kata yang terucap. Namun kejadian hari ini membuat rasa itu semakin kuat memeluku.
Memang benar.. aku sadari, aku terlalu munafik jika tetap bicara bahwa semua ini masih atas nama pertemanan.
Bahkan rasakupun tlah berubah. Mungkin ini hanya rasaku dan tidak dengan rasanya.
Tapi apa alasan dia untuk semua ini? Benarkah yang mereka katakan? Aku permainannya?
Tuhan, aku tlah mendustai mereka. Dan ku sadar bahwa aku telah menyakiti dia kekasihnya.
Aku tersiksa..
Bagi tiap" yg miliki rasa itu, mungkin bersama denannya akan merasa bahagia. Tapi tidak denganku. Jika rasa itu hanya miliku, tanpa rasa dihatinya, tanpa ku tau isihatinya, bahkan tiada ucapan kebohongan darinya , bagiku itu lebih menyiksa ku.
Setelah ia pergi di hari itu. Aku seperti gejolak api yg akan membakar apapun dihadapku . Penuh dengan amarah. Merasa bodoh. Semua berkecamuk dalam dada. Dan mungkin harus ku akhiri semuanya. Ini tentang rasa dan ku tak mau terluka..
Ku ambil ponselku ,mungkin ku harus bercerita..
Wiena!! Ya hanya padanyalah ku dapat bercerita. Yang lain tak mungkin. Bunuh diri saja jika ku bercerita pada mereka..
Wiena bertanya tentang perasaanku, dan aku..
Oh tuhan, tidak.. Aku telah mengucapkan kalimat itu..
*1 message*
" lek, td mv ya. Ge (...) "
ku diam. Jujur ku tk menyadarinya tadi. Ku hanya ingat .. Mungkin, saking berkecamuknya perasaanku. Mungkin hanya hal kecil. Tapi hatiku semakin berkecamuk tak henti..
Ku ulangi membaca pesan itu untuk membalasnya. Tapi ku urungkan niat ku. Aku tak tau bagaimana ku harus membalasnya..
*1 message*
" lek, mv.n ge, ge khilaf , tadi fikiran ge kosong bgt..tadi aja ge mw jatoh dr motor"
Jujur aku marah membaca pesan kedua darinya ini. KHILAF? , Kosong? , apa? Apa maksudnya? Apakah benar tiada rasa itu di hatinya? Bodoh! ,aku bodoh! . Fikiran" itu terus berkecamuk di fikranku , aku hanya dapat menangis.. Menangisi kebodohanku atas rasa itu. Harus ku akhiri semua!!
Ku redakan amarahku dan ku balas pesannya..
Semua telah berakhir hari ini. Dan baginya akulah yang ingin mengahiri semuah ini. aku lah yang meminta perpisahan ini, begitu katanya!
Dengan kalimat itu, pertanyaan itu menghiasi rongga otaku. Dia anggap ini perpisahan? Apa yg dia fikirkan sebenarnya? Apa dia menganggap ini sebuah hubungan? Apakah aku memiliki status baginya? Apakah itu tanda dia mengangapku? Apakah ada rasa itu di hatinya?. Itu berarti untuku.. Setidanya aku tak merasa sebodoh itu .
***
aku hanyalah angin bagimu
ku yang mampu menyejukanmu kala panas memeras peluhmu.
Tapi aku hanyalah angin yang datang dan pergi tanpa ada yg peduli.
Dan aku hanyalah angin, yang dengan sekejap dapat kau lupakan meski ku telah buat mu lupa akan lelahmu.
Aku tak mampu pergi darimu . Selama ku masih di sini. Selama ku masih melihatmu.
Mungkin perasaan ini terlalu menguasaiku . Dan mungkin saat ini kita tidak untuk berakhir baik. Karna itu hanya membuatku tuk semakin berharap.
Sejak awal ,ku tak pernah ingin memilikimu. Tak pernah ada fikir itu di benaku. Bagiku, seandainya alasan atas semua ini adalah karna ada rasa dalam hatimu, itupun cukup!
Tak perlu separuh kau mencintaiku dan separuh mencintainya. Asalkan rasa itu "ada" dihatimu saja ,ku yakin perih itu terobati.
Tapi kenyataannya kau tetap diam , kau seperti batu bisu.
Aku bertahan, dan terus bertahan. Berharap kan ku temukan satu jawaban dari sekian pertanyaanku. Mungkin tak semestinya ku seperti ini, karna dia pun tak pernah memintanya. Hanya saja ketika ku mulai lelah dia seakan ingin menyakinkanku. Tapi semua hanya sebatas itu, dan kembali ku terima ketida pastiannya.
***
Mentari pagi membuka cerita, kembali harus ku lalui detik demi detik waktu yang bergulir.
Ku terus berjalan menghitung langkah dan hanya dapat tersenyum kala semilir angin menyapa.
Sesekali ku terawang ruang" kelas yg ku lewati, tapi tak nampak jiwa utuh disana. Di depan matakupun hanya ada seorang vita yg berjalan gontai menuju kelas dan sedaritadi ku buntuti. Sekolah masih sangat sepi, padahal 15 menit lagi jam pelajaran di mulai. Mungkin bagi mereka ini masih terlalu pagi.
Kaki ku menapak pada tiap ubin di koridor. Tempat paling menarik di sekolah ini, entah mengapa aku begitu menyukainya. Terus ku langkahkan kaki. "Disini," gumamku dalam hati , ku teringat pada kepingan memori di benakku. Kala pagi menyapa, saat ku lewati koridor ini tak jarang dia berjalan di belakangku, yg kemudian menutup kedua mataku dan berjalan beriringan, atau jika siang menjelang setelah bel berbunyi dia berdiri di sini, seperti menunggu, dan saat ku melewatinya maka ia pun berjalan mengikuti lalu menggandeng tanganku. Terkadang ku merindukan itu.
Mungkin aku terlalu berlebihan, mungkin aku salah, haah dia memang selalu membuatku tak mengerti dan salah mengartikannya.
Sepi sungguh sepi , tidak ada seorang pun di kelas ini selain aku dan vita. Kami hanya diam, mungkin karna ga ada yang harus diperbincangkan. Aku keluar dan memilih duduk diantara pintu yg terbuka, diam dan melaju jauh dalam khayal. Oh bukan khayal, bukan buat ngelamun, tapi untuk melihatnya pagi ini. Berhari" dia ga masuk, katanya si sakit, itu juga ku denger dari beberapa teman yang dia kasih kabar dan meminta doa.
Dia ga sama sekali memberi ku kabar, mungkin aku emang ga berarti buat dia. Aku ga penting, Toh doa dari aku juga ga mujarabkan.
Hmm, Aku merindu pada senyumnya.
Satu persatu siswa-siswi bermunculan, entah apa yg mengikat mereka untuk datang kesekolah dengan giat, mungkin karena merasa ini sebuah kewajiban atau ada yang lain. entahlah, setiap orang itu berbeda..
Samar-samar ku lihat wiena keluar koridor diantara beberapa murid.
"dia ga masuk lagi?" cetusnya mengerti alasanku duduk di sini.
" ngga kayanya"
"udah di sms belum dianya?"
"udah"
"TERUSterus?"
" ia gitu,
katanya dia sakit"
"gitu doang?"
"ya apa lagi? , gue kan ga penting buat dia, gue ga tau juga ga papa," aku membatin, menyesal telah menunjukan kepedulian padanya.
"yang sabar aja"
"wien, gue ga ngerti sama dia, mungkin gue emang ga berarti buat dia, bahkan dia ga pernah sekalipun bilang sayang sama gue, dia cuma sayang sama cewenya itu. Gue tau dan sadar. Tapi sikap-sikap dia wien? Apa gue salah ngartiin semuanya? Apa emang gue cuma maenannya dia? Mungkin bener dia cuma ada pas dia butuh gue. Gue cuma pelarian dari masalah"nya dia. Tapi gue sayang dia wien, gue sayang dia!!.", mataku berkaca-kaca tak kuat membendung air mata.
"ia gue tau perasaan lo, tapi lo juga harus ngerti keadaan. Mungkin sulit bagi dia, lo tau sendirikan keadaannya. Cewenya, trus temen-temen lo .."
"bukan itu wien ,gue ga butuh itu, orang lain ga perlu tau. Apa susahnya si? gue cuma mau tau perasaan dia kaya apa, iya iya ngga ngga , gue ga bisa baca isyarat wien. Gue cuma mau penjelasan atas sikap-sikap dia. Jangan bikin gue ngerasa ga punya harga diri di mata gue sendiri cuma karna udah sayang sama orang yang ga sayang sama gue. "
" lo tu egois, lo ga ikhlas sayang sama dia. Cinta itu ga perlu di balas lagi dengan cinta. Kalo lo sayang sama orang yang ga sayang sama lo , itu ga ngerendahin harga diri lo ko. Lo ga usah ngerasa kaya gitu!!" aku tersentak dengan kalimat-kalimat wiena.
Tp percakapan kami berakhir dengan bel tanda dimulai pelajaran.
kata-kata wiena memang benar, tapi bagiku itu tak berarti aku tidak ingin tau perasan dia, tidak pula membunuh segala yang ku pertanyakan dalam hatiku, entah sampai kapan kukan menanti jawaban atas semua yang tak pernah ku tanyakan padanya.
***
Diantara kelamnya malam, ku utarakan risauku pada rasi bintang orion yg berkelip, berharap ia mau meminta angin yg berhembus menanyakan akan arti diriku di mata cinta kepada sang awan yg selalu mengiringinya.
Sejenak ku menanti dan ku terperangah kala orion diam menghilang. Hujan deras turun sekejap dan itu pertanda bahwa pesanku tak tersampaikan. Hujan telah menghempas angin sebelum ia bertemu awan dan menyampaikan pesanku.
"Huu.. Selalu seperti ini. apa si yang dia pikirin? Dasar batu! susah banget, padahal cuma pengen tau apa isi kepalanya yg keras itu" ku menggerutu mengingat usahaku yang hasilnya nihil.
Ku baca ulang pesan-pesanku dengannya.
¤¤¤
....
¤¤¤
" hei, maaf ya aq msh suka ganggu kamu ,abis seneng si" (memancing)
¤¤¤
" lek masih sayang ya ma ge? Ia ga papa ko, " . Hatiku dagdigdug membacanya, aku bingung harus membalas apa. Mungkin harus ku tarik lagi pancinganku.
Bodoh! ,otaku buntu tak ku temukan ide tuk alihkan pembicaraan.
¤¤¤
" heum, bagus deh kalo g papa :D". Ku coba memutus pembicaraan dan takku tanggapi pertanyaannya.
¤¤¤
"jelekk masih sayang kan ma ge? Ayo ngaku.. ". RIP!!!, bodoh bodoh, dugaanku salah. Dia malah meperjelas pertanyaannya. Second by second and minute by minute, aku tetap diam dan tak membalasnya.
Dia kirimkan pesan itu tuk kedua kali, setidanya skrng ada celah untuk tidak menjawab pertanyaannya.
¤¤¤
"ih biasa aja kali smsnya ga perlu dua kali, satu juga cukup :p"
¤¤¤
" ya lagian ga di bales :( ". Nadanya seperti mengharapkanku tuk menjawab. Tapi apa peduli dia dengan perasaanku?
Mungkin ku salah menggunakan nada-,-" .
¤¤¤
" ga tau ah harus jawab apa "
¤¤¤
"heum, ya udah kl ga mau jawab, ge juga tau ko jawabannya c:"
"ciee ,, titisan mama lauren ya? Coba apa jwbannya?"
¤¤¤
" jelek masih sayangkan sama ge kan? Sayang banget malah. Ia kan? " GUBRAK!! Aku berasa jatuh dari langit tujuh lapis ke atas aspal panas ditengah hari (setidaknya ga seperti disambar petir disiang bolong :D) Hebbatt, dia memang selalu tau perasaanku sampe dengan pe-de-e-nya dia menjawab.
Ooh tuhan, se'oon ini kah aku? hingga orang mudah saja menebak perasaanku, sedangkan aku membutuhkan kalimat yg jelas dari mereka untuk sekedar mengetahui perasaan mereka.
¤¤¤
" ngga ko , cuma kadang-kadang aja" . Heuh,(contradictio in terminis) salah lagi ku menjawabnya, berbohong tp payah. katanya ngga, tapi ko kadang-kadang si?? Oon oon ..
¤¤¤
" oh ya udah " , nadanya seperti kecewa!, atau aku salah menggunakan nada lagi dan lagi>. Mungkin dia kcewa dengan jawaban ku dari pertanyaannya yg penuh percaya diri itu. Tapi apakah dia tak tau aku berbohong??
Aku diam sesaat tak lg menjawabnya..
¤¤¤
" ge, ia. Aku masi sayang sama ge, sayang banget malah, tapi aku sebel sama ge sebel banget!!!" jujur dan penuh dengan harapan dia akan menjawab yg jadi pertanyaan-pertanyaanku selama ini.
Jarum jam di jam dinding seolah membawa beban berat dan sulit tuk berputar. Lama, terasa lama . . Lama dan terasa semakin lama.
¤¤¤
"makasi lekk!!
mav ya!!" ku menelan ludah membacanya. Hanya itu? Makasi? Maaf? Maaf untuk apa? Maaf karna memang dia sengaja mempermainkanku? Maaf karna dia tak menyayangiku? Atau maaf karna dia menyayangiku tapi tak bisa bersamaku? Kenapa hanya kata maaf yang selalu di ucapkannya? . Aku bosan dengan kata maafnya yg tak beralasan (tak ku ketahui alasannya). Aku lelah dengan pertanyaan-pertanyanku yg tak pernah terjawab. Rasanya aku ingin menanyakan kepadanya dengan jelas tentang perasaannya. Agar ku akhiri tanda tanya yg menari-nari dikepalaku. Tapi aku tak mampu, aku tak tau kalimat apa yg harus ku susun, aku bukan seorang orator yang pandai berretorika atau pujangga yang ahli bermain kata. Tapi apa sesulit itu untuk menanyakan perasaannya? Aku hanya ingin tau "pernahkah" dia memiliki rasa itu?
"sungguh sulit" Mungkinkah aku takut dengan jawabannya? Aku bukan takut dia menjawab tidak lagi menyayangiku. Tapi mungkin aku takut dia menjawab "tidak pernah" sekalipun merasakannya.
Dan pada akhirnya aku takan menanyakan hal itu padanya.
###
cukupp!!! Aku takan lagi membalas pesannya. Aku harus berhenti memikirkannya. Dia telah banyak memforsir waktuku! Takan lagi kubiarkan dia menyentuh ruang gelap dihatiku. Biar saja ku tetap tersudut di sana. Aku tak membutuhkan cahayanya tuk menerangi hatiku.
Ku pejamkan mataku, biarlah semuanya gelap. Ku tak ingin melihatnya dalam bayang mataku. Takkan ku biarkan dia terus menjadi penghuni hayalku. Dia hanya hanya ilusi. Sadarlah >.<
Hatiku biru sendu, padahal jingga merona dilangit sore ini.
Ku menatapnya terpaku, begitu indah, jika saja senja dapat membagi sedikit
jingganya mungkin hatiku takan sebiru ini.
Senja kau adalah senyuman mentari kala ia telah menunaikan tugasnya memberikan kehangatan dan nurnya kpd setiap makhluk di alam ini, terkecuali aku.
Libur panjang menyambutku. Inilah saat yg ku nantikan. Bukan tuk rehat sejenak melainkan tuk berlari dari rasa..
Untuk melarikan diriku.
Mungkin ini bukan yg terakhir.
Ya, sebelum semua benanr" selesai mungkin kan ada pertemuan lainya, tp ku masih dapat menghindar bukan?
"semoga"
Terbalut senyum getir ketika ku terlelap dalam lamunan.
"DOrrr"
" apppaaa si wie?" ku tersentak kaget.
"ngelamun aja si lu.. katanya tadi lu bilang mau pulang tapi ko malah ngelamun disini. Kesambet lu tar!". "wieee.." ku memeluknya eratt. "apa-apan si lu.. Malu tau , tar dikira lu sama gue ga normal lg ". " ahh elu, emang lu ga bakal kangen apa ma gue? Skrng ujian uda kelar, pasti jadi jarang ketemu lagi kan!". "iya ya aii, pasti gue kangen banget sama lo". Tergurat kesedihan di raut wajah sahabatku yang membuatku ku ragu menyambut libur panjang dengan senyuman kebebasan.
" jangan sedih wie, walau ga bisa tiap hari ketemu, kitakan masih punya banyak waktu.. Hemm.. uda sore wie, gue harus pulang."
***
Bulan purnama.
Siapa yang tak menyukainya. Cahaya lembut yg menyinari setiap celah di malam gulita yang memberikan kedamaian kepada setiap yang bernaung di bawahnya, kecuali AKU dan bintang.
Apa yang bisa ku lakukan di malam yang sesepi ini. Ku lirik tumpukan buku-buku contoh soal" SPMB. Belum ku menyentuhnya tapi rasa jengah mendera. Apa yg bisa ku lakukan dengan buku-buku itu? Membacanya? Mengerjakannya?
Semua percuma!!! Tak mungkin isi dari buku itu tersimpan di laci" otakku bila setiap tempat telah terisi semua tentangnya. Ku sadari konsentrasiku melemah dan fokusku telah lama hilang. Semua karnanya.. Karna ku selalu memikirkannya.
Ku hempaskan tubuhku pada ranjang di balik jendela. Ku diam menelusuri setiap implus saraf di otakku dan mencoba menghapus setiap memori tentangnya. Ingatan itu terlalu kuat, dan aku kalah.
Tuhan apa yang harus ku lakukan untuk sedikit saja mengurangi siksa ini? Aku ingin bercerita. Namun tiada seorangpun disini.
"sang bintang"
Ya!! Ku dapat bercerita padanya. Mataku menerawang pada langit pekat di balik jendela. Tapi tak nampak satu titik cahayapun di sana.
Semua karena purnama!! Andai saja cahanyanya tiada, mungkin titik-titik cahaya bintang akan lebih indah menghiasi malam.
Kuraih ponselku yang tak pernah berdering itu.
" 7 message "
Meski ku membencinya tapi ku tetap merindukannya. Aku berharap...
Ku lihat stiap daftar nama pesan baruku. Aku kecewa. Tiada pesan darinya.
Ku baca pesan-pesan itu, namun tiada yang dapat merubah rasa sepi itu. SMS BASI !!! Gumamku bersuara.
Ingin rasanya ku banting benda tipis itu, pada kasur empukku tentunya . Sebelum ku lakukan, tanpa getar dan suara ,
1 message tertera di layarnya. Ku buka kotak masuku.
Tanpa nama, dadaku berdegup ,aku berharap..
085710xxxxxx
Tentu ku kenal digit angka itu. Dengan cepat ku membukanya..
" Jelekk "
Diterima: 08:27:05pm
Hari ini
Dari:
(tidak ada nama)
085710xxxxxx
"masih berani sms gue ni orang"
sebenarnya hati bahagia tetapi rasa itu beriringan dengan perih.
Teringat lagi semua tentangnya yang mengisi sepiku. Tentangnya yang mampu menyentuh dan menerangi sudut gelap hatiku. Dan tentangnya yang menorehkan luka.
Dia..
###
" Lek di mana? "
¤¤¤
" di kosan "
¤¤¤
" ma sapa? Vita ada? "
¤¤¤
Belumku sempat membalas pesannya ku dengar ada yang mengetuk pintu.
"Asalamualaikum"
Rumah ini atau kontrakan ini, tapi ku lebih suka menyebutnya dengan kosan. memang tempat yg terlalu bebas, tapi tidak untuk sesuatu hal yang negatif. Tak terasa 3 tahun ku di sini. Jauh dari orang tua. Tempat ini penuh dengan kenangan bersama semua sahabat-sahabatku. Ya semuanya. Setiap hari penuh dengan canda tawa ,bersenda gurau, bernyanyi" bersama dan mengerjakan tugas-tugas bersama. Pasti kan kurindukan saat-saat di tempat ini kala saatnya ku pergi nanti.
Aku bangkit berdiri tuk membukakan pintu. 3 4 langkah, Pintu telah di dibuka olehnya yang mengetuk. Hal yang biasa di sini. Rumah ini memang seperti rumah mereka sendiri.
Dia tersenyum.
Ku membalas senyumannya seraya membalikan badan dan ia mengikuti arah langkahku.
"vita ga ada? Kemana?" tanyanya memecah bisu.
" ga ada , dia pergi rapat " , benaku kontra denan basi-basinya itu..
Helloo, bener-bener basa-basi yang basi!!! Kalo lu ga tau vita ga ada, mana mungkin lu datang kesini setelah kejadian tempo hari itu
" kamu ga ikut rapat? Susulku bertanya.
" nanti " jawabnya singkat. Ku diam dan kembali pada buku" plus televisi di hadapku..
Tlah lama ku rasa tidak berada berdua dengannya sedekat ini, mungkin semenjak kejadian itu. Kejadian yg merubah keadaan. Kejadian yang mungkin merenggangkan jarak antara ragaku dan dia. Kejadian yang dapat mengantisipasi rasa pada diriku yg tidak mereka inginkan. Tapi semua percuma. Rasa yang datang kepada siapapun. Dan ketika rasa itu ditakdirkan untuk ada, maka ia akan tetap ada. Seberapa besarpun hal untuk mengantisipasinya.
Sebelum rasa ini berubah aku tak peduli jika harus menjauh darinya dan memilih sahabat"ku, tapi saat ini berbeda.. Entah apa yg ku rasa, aku tak mengerti. Dan aku takan mengucapkan kalimat itu bahkan pada diriku sendiri.
"lek,"
"iya, apa" jawabku.
(......................)
Tak pernah ada kata yang terucap. Namun kejadian hari ini membuat rasa itu semakin kuat memeluku.
Memang benar.. aku sadari, aku terlalu munafik jika tetap bicara bahwa semua ini masih atas nama pertemanan.
Bahkan rasakupun tlah berubah. Mungkin ini hanya rasaku dan tidak dengan rasanya.
Tapi apa alasan dia untuk semua ini? Benarkah yang mereka katakan? Aku permainannya?
Tuhan, aku tlah mendustai mereka. Dan ku sadar bahwa aku telah menyakiti dia kekasihnya.
Aku tersiksa..
Bagi tiap" yg miliki rasa itu, mungkin bersama denannya akan merasa bahagia. Tapi tidak denganku. Jika rasa itu hanya miliku, tanpa rasa dihatinya, tanpa ku tau isihatinya, bahkan tiada ucapan kebohongan darinya , bagiku itu lebih menyiksa ku.
Setelah ia pergi di hari itu. Aku seperti gejolak api yg akan membakar apapun dihadapku . Penuh dengan amarah. Merasa bodoh. Semua berkecamuk dalam dada. Dan mungkin harus ku akhiri semuanya. Ini tentang rasa dan ku tak mau terluka..
Ku ambil ponselku ,mungkin ku harus bercerita..
Wiena!! Ya hanya padanyalah ku dapat bercerita. Yang lain tak mungkin. Bunuh diri saja jika ku bercerita pada mereka..
Wiena bertanya tentang perasaanku, dan aku..
Oh tuhan, tidak.. Aku telah mengucapkan kalimat itu..
*1 message*
" lek, td mv ya. Ge (...) "
ku diam. Jujur ku tk menyadarinya tadi. Ku hanya ingat .. Mungkin, saking berkecamuknya perasaanku. Mungkin hanya hal kecil. Tapi hatiku semakin berkecamuk tak henti..
Ku ulangi membaca pesan itu untuk membalasnya. Tapi ku urungkan niat ku. Aku tak tau bagaimana ku harus membalasnya..
*1 message*
" lek, mv.n ge, ge khilaf , tadi fikiran ge kosong bgt..tadi aja ge mw jatoh dr motor"
Jujur aku marah membaca pesan kedua darinya ini. KHILAF? , Kosong? , apa? Apa maksudnya? Apakah benar tiada rasa itu di hatinya? Bodoh! ,aku bodoh! . Fikiran" itu terus berkecamuk di fikranku , aku hanya dapat menangis.. Menangisi kebodohanku atas rasa itu. Harus ku akhiri semua!!
Ku redakan amarahku dan ku balas pesannya..
Semua telah berakhir hari ini. Dan baginya akulah yang ingin mengahiri semuah ini. aku lah yang meminta perpisahan ini, begitu katanya!
Dengan kalimat itu, pertanyaan itu menghiasi rongga otaku. Dia anggap ini perpisahan? Apa yg dia fikirkan sebenarnya? Apa dia menganggap ini sebuah hubungan? Apakah aku memiliki status baginya? Apakah itu tanda dia mengangapku? Apakah ada rasa itu di hatinya?. Itu berarti untuku.. Setidanya aku tak merasa sebodoh itu .
***
aku hanyalah angin bagimu
ku yang mampu menyejukanmu kala panas memeras peluhmu.
Tapi aku hanyalah angin yang datang dan pergi tanpa ada yg peduli.
Dan aku hanyalah angin, yang dengan sekejap dapat kau lupakan meski ku telah buat mu lupa akan lelahmu.
Aku tak mampu pergi darimu . Selama ku masih di sini. Selama ku masih melihatmu.
Mungkin perasaan ini terlalu menguasaiku . Dan mungkin saat ini kita tidak untuk berakhir baik. Karna itu hanya membuatku tuk semakin berharap.
Sejak awal ,ku tak pernah ingin memilikimu. Tak pernah ada fikir itu di benaku. Bagiku, seandainya alasan atas semua ini adalah karna ada rasa dalam hatimu, itupun cukup!
Tak perlu separuh kau mencintaiku dan separuh mencintainya. Asalkan rasa itu "ada" dihatimu saja ,ku yakin perih itu terobati.
Tapi kenyataannya kau tetap diam , kau seperti batu bisu.
Aku bertahan, dan terus bertahan. Berharap kan ku temukan satu jawaban dari sekian pertanyaanku. Mungkin tak semestinya ku seperti ini, karna dia pun tak pernah memintanya. Hanya saja ketika ku mulai lelah dia seakan ingin menyakinkanku. Tapi semua hanya sebatas itu, dan kembali ku terima ketida pastiannya.
***
Mentari pagi membuka cerita, kembali harus ku lalui detik demi detik waktu yang bergulir.
Ku terus berjalan menghitung langkah dan hanya dapat tersenyum kala semilir angin menyapa.
Sesekali ku terawang ruang" kelas yg ku lewati, tapi tak nampak jiwa utuh disana. Di depan matakupun hanya ada seorang vita yg berjalan gontai menuju kelas dan sedaritadi ku buntuti. Sekolah masih sangat sepi, padahal 15 menit lagi jam pelajaran di mulai. Mungkin bagi mereka ini masih terlalu pagi.
Kaki ku menapak pada tiap ubin di koridor. Tempat paling menarik di sekolah ini, entah mengapa aku begitu menyukainya. Terus ku langkahkan kaki. "Disini," gumamku dalam hati , ku teringat pada kepingan memori di benakku. Kala pagi menyapa, saat ku lewati koridor ini tak jarang dia berjalan di belakangku, yg kemudian menutup kedua mataku dan berjalan beriringan, atau jika siang menjelang setelah bel berbunyi dia berdiri di sini, seperti menunggu, dan saat ku melewatinya maka ia pun berjalan mengikuti lalu menggandeng tanganku. Terkadang ku merindukan itu.
Mungkin aku terlalu berlebihan, mungkin aku salah, haah dia memang selalu membuatku tak mengerti dan salah mengartikannya.
Sepi sungguh sepi , tidak ada seorang pun di kelas ini selain aku dan vita. Kami hanya diam, mungkin karna ga ada yang harus diperbincangkan. Aku keluar dan memilih duduk diantara pintu yg terbuka, diam dan melaju jauh dalam khayal. Oh bukan khayal, bukan buat ngelamun, tapi untuk melihatnya pagi ini. Berhari" dia ga masuk, katanya si sakit, itu juga ku denger dari beberapa teman yang dia kasih kabar dan meminta doa.
Dia ga sama sekali memberi ku kabar, mungkin aku emang ga berarti buat dia. Aku ga penting, Toh doa dari aku juga ga mujarabkan.
Hmm, Aku merindu pada senyumnya.
Satu persatu siswa-siswi bermunculan, entah apa yg mengikat mereka untuk datang kesekolah dengan giat, mungkin karena merasa ini sebuah kewajiban atau ada yang lain. entahlah, setiap orang itu berbeda..
Samar-samar ku lihat wiena keluar koridor diantara beberapa murid.
"dia ga masuk lagi?" cetusnya mengerti alasanku duduk di sini.
" ngga kayanya"
"udah di sms belum dianya?"
"udah"
"TERUSterus?"
" ia gitu,
katanya dia sakit"
"gitu doang?"
"ya apa lagi? , gue kan ga penting buat dia, gue ga tau juga ga papa," aku membatin, menyesal telah menunjukan kepedulian padanya.
"yang sabar aja"
"wien, gue ga ngerti sama dia, mungkin gue emang ga berarti buat dia, bahkan dia ga pernah sekalipun bilang sayang sama gue, dia cuma sayang sama cewenya itu. Gue tau dan sadar. Tapi sikap-sikap dia wien? Apa gue salah ngartiin semuanya? Apa emang gue cuma maenannya dia? Mungkin bener dia cuma ada pas dia butuh gue. Gue cuma pelarian dari masalah"nya dia. Tapi gue sayang dia wien, gue sayang dia!!.", mataku berkaca-kaca tak kuat membendung air mata.
"ia gue tau perasaan lo, tapi lo juga harus ngerti keadaan. Mungkin sulit bagi dia, lo tau sendirikan keadaannya. Cewenya, trus temen-temen lo .."
"bukan itu wien ,gue ga butuh itu, orang lain ga perlu tau. Apa susahnya si? gue cuma mau tau perasaan dia kaya apa, iya iya ngga ngga , gue ga bisa baca isyarat wien. Gue cuma mau penjelasan atas sikap-sikap dia. Jangan bikin gue ngerasa ga punya harga diri di mata gue sendiri cuma karna udah sayang sama orang yang ga sayang sama gue. "
" lo tu egois, lo ga ikhlas sayang sama dia. Cinta itu ga perlu di balas lagi dengan cinta. Kalo lo sayang sama orang yang ga sayang sama lo , itu ga ngerendahin harga diri lo ko. Lo ga usah ngerasa kaya gitu!!" aku tersentak dengan kalimat-kalimat wiena.
Tp percakapan kami berakhir dengan bel tanda dimulai pelajaran.
kata-kata wiena memang benar, tapi bagiku itu tak berarti aku tidak ingin tau perasan dia, tidak pula membunuh segala yang ku pertanyakan dalam hatiku, entah sampai kapan kukan menanti jawaban atas semua yang tak pernah ku tanyakan padanya.
***
Diantara kelamnya malam, ku utarakan risauku pada rasi bintang orion yg berkelip, berharap ia mau meminta angin yg berhembus menanyakan akan arti diriku di mata cinta kepada sang awan yg selalu mengiringinya.
Sejenak ku menanti dan ku terperangah kala orion diam menghilang. Hujan deras turun sekejap dan itu pertanda bahwa pesanku tak tersampaikan. Hujan telah menghempas angin sebelum ia bertemu awan dan menyampaikan pesanku.
"Huu.. Selalu seperti ini. apa si yang dia pikirin? Dasar batu! susah banget, padahal cuma pengen tau apa isi kepalanya yg keras itu" ku menggerutu mengingat usahaku yang hasilnya nihil.
Ku baca ulang pesan-pesanku dengannya.
¤¤¤
....
¤¤¤
" hei, maaf ya aq msh suka ganggu kamu ,abis seneng si" (memancing)
¤¤¤
" lek masih sayang ya ma ge? Ia ga papa ko, " . Hatiku dagdigdug membacanya, aku bingung harus membalas apa. Mungkin harus ku tarik lagi pancinganku.
Bodoh! ,otaku buntu tak ku temukan ide tuk alihkan pembicaraan.
¤¤¤
" heum, bagus deh kalo g papa :D". Ku coba memutus pembicaraan dan takku tanggapi pertanyaannya.
¤¤¤
"jelekk masih sayang kan ma ge? Ayo ngaku.. ". RIP!!!, bodoh bodoh, dugaanku salah. Dia malah meperjelas pertanyaannya. Second by second and minute by minute, aku tetap diam dan tak membalasnya.
Dia kirimkan pesan itu tuk kedua kali, setidanya skrng ada celah untuk tidak menjawab pertanyaannya.
¤¤¤
"ih biasa aja kali smsnya ga perlu dua kali, satu juga cukup :p"
¤¤¤
" ya lagian ga di bales :( ". Nadanya seperti mengharapkanku tuk menjawab. Tapi apa peduli dia dengan perasaanku?
Mungkin ku salah menggunakan nada-,-" .
¤¤¤
" ga tau ah harus jawab apa "
¤¤¤
"heum, ya udah kl ga mau jawab, ge juga tau ko jawabannya c:"
"ciee ,, titisan mama lauren ya? Coba apa jwbannya?"
¤¤¤
" jelek masih sayangkan sama ge kan? Sayang banget malah. Ia kan? " GUBRAK!! Aku berasa jatuh dari langit tujuh lapis ke atas aspal panas ditengah hari (setidaknya ga seperti disambar petir disiang bolong :D) Hebbatt, dia memang selalu tau perasaanku sampe dengan pe-de-e-nya dia menjawab.
Ooh tuhan, se'oon ini kah aku? hingga orang mudah saja menebak perasaanku, sedangkan aku membutuhkan kalimat yg jelas dari mereka untuk sekedar mengetahui perasaan mereka.
¤¤¤
" ngga ko , cuma kadang-kadang aja" . Heuh,(contradictio in terminis) salah lagi ku menjawabnya, berbohong tp payah. katanya ngga, tapi ko kadang-kadang si?? Oon oon ..
¤¤¤
" oh ya udah " , nadanya seperti kecewa!, atau aku salah menggunakan nada lagi dan lagi>. Mungkin dia kcewa dengan jawaban ku dari pertanyaannya yg penuh percaya diri itu. Tapi apakah dia tak tau aku berbohong??
Aku diam sesaat tak lg menjawabnya..
¤¤¤
" ge, ia. Aku masi sayang sama ge, sayang banget malah, tapi aku sebel sama ge sebel banget!!!" jujur dan penuh dengan harapan dia akan menjawab yg jadi pertanyaan-pertanyaanku selama ini.
Jarum jam di jam dinding seolah membawa beban berat dan sulit tuk berputar. Lama, terasa lama . . Lama dan terasa semakin lama.
¤¤¤
"makasi lekk!!
mav ya!!" ku menelan ludah membacanya. Hanya itu? Makasi? Maaf? Maaf untuk apa? Maaf karna memang dia sengaja mempermainkanku? Maaf karna dia tak menyayangiku? Atau maaf karna dia menyayangiku tapi tak bisa bersamaku? Kenapa hanya kata maaf yang selalu di ucapkannya? . Aku bosan dengan kata maafnya yg tak beralasan (tak ku ketahui alasannya). Aku lelah dengan pertanyaan-pertanyanku yg tak pernah terjawab. Rasanya aku ingin menanyakan kepadanya dengan jelas tentang perasaannya. Agar ku akhiri tanda tanya yg menari-nari dikepalaku. Tapi aku tak mampu, aku tak tau kalimat apa yg harus ku susun, aku bukan seorang orator yang pandai berretorika atau pujangga yang ahli bermain kata. Tapi apa sesulit itu untuk menanyakan perasaannya? Aku hanya ingin tau "pernahkah" dia memiliki rasa itu?
"sungguh sulit" Mungkinkah aku takut dengan jawabannya? Aku bukan takut dia menjawab tidak lagi menyayangiku. Tapi mungkin aku takut dia menjawab "tidak pernah" sekalipun merasakannya.
Dan pada akhirnya aku takan menanyakan hal itu padanya.
###
cukupp!!! Aku takan lagi membalas pesannya. Aku harus berhenti memikirkannya. Dia telah banyak memforsir waktuku! Takan lagi kubiarkan dia menyentuh ruang gelap dihatiku. Biar saja ku tetap tersudut di sana. Aku tak membutuhkan cahayanya tuk menerangi hatiku.
Ku pejamkan mataku, biarlah semuanya gelap. Ku tak ingin melihatnya dalam bayang mataku. Takkan ku biarkan dia terus menjadi penghuni hayalku. Dia hanya hanya ilusi. Sadarlah >.<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar