n_n
"aku takkan pernah mungkin bisa bersamamu karena aku adalah miliknya !!!"
Mendengar itu tak ada sebulir katapun yang keluar dari mulutku, bibirku terkatup beku dan sampai akhirpun aku hanya diam. Entah kini berada di keadaan yang seperti apa, tapi untuk pertama kalinya aku mendengar ia bicara degan lugas bahwa dia tak mungkin bersamaku,
kali ini dia yang membuatku mengerti dan untuk kesekian kalinya aku menyadari ini. Namun apalah arti kesadaran jika cinta berada jauh di atas logika.
Aku tak ingin bermain dengn fikiranku, bukankah ini adalah hal yang ku tunggu dimana dia dengan lantang menolak kehadiran ku. Tapi ternyata ini serasa mimpi buruk bagiku. Aku tak mampu mendeskripsikan lagi perasaanku, aku tak tau entah lega atau terluka.
Mataku yang sebelumnya terpejam kini terbuka, entah apa yang terjadi, dan aku segera menutup mata ku kembali agar melupakan ini.
_______
Mungkin ini musim semi, kulihat begitu banyak bunga" yang bermekaran. Pohon-pohon tinggi di pinggir jalan yang biasa dipenuhi dedaunan kecil di rantingnya kini terlihat bunga berwarna merah jambu dan kuning lebih mendominasi dan menyelimutinya. Seperti bunga sakura di jepang, tapi mana mungkin tumbuh bunga sakura di sini.
Kakiku terus melangkah, aku tak henti menatap keindahan ini, apalagi ketika hembusan angin menjatuhkan bunga-bunga itu dan membuatnya menari-nari di udara. Ku pikir ini seperti lartar belakang di komik-komik jepang.
Ku rasa hari ini akan lebih manis, tapi siapa sangka pertengkaran akan terjadi di ruangan yang kini ku tuju, pertengkaran ini memojokan ku, sekali lagi aku seperti ikan kecil yang mencari mati pada beruang-beruang besar karna tak menerima dijadikan santapan mereka. Aku beradu argumen dan seribu bantahan keluar dari bibirku dan mereka, mereka yg ku sebut sahabat. Entah apa yang menjadi pemicunya, tapi kurasa alasannya tidak seperti pertengkaran sebelumnya, kali ini bukan karena dia. Ruangan itu begitu gaduh oleh kalimat dengan nada-nada tinggi yg mengundang orang-orang yang berada di luar. Mereka datang dengan antusias untuk melihat atraksiku dan sahabatku. "mereka pikir ini lelucon" pekikku dalam hati. Mataku tertuju pada pojokan di sebelah pintu. Dia di sana, ya dia disana. Kurasa pertengkaran ini akan berakhir sebelum menemukan klimaksnya.
Tiba-tiba ruangan itu hening, karena orang" seantero ruangan itu hanya diam. Aku tak lagi nyaman dengan keadaan ini, ku berjalan cepat keluar ruangan memuakan itu , ku berjalan menuju bukit kecil yang di penuhi pepohonan yg berdaunkan bunga berwarna merah jambu. Aku duduk diatas bunga" yg tlah terhempas angin dan menjadi karpet di atas tanah. Aku terisak, air mata yang sejak tadi ku tahan tak mampu lagi ku bendung. Aku tertunduk lesu dan menangis sejadinya di temani semilir angin dan bunga-bunga yang menari diudara hingga aku tak sadar bahwa ada seseorang di hadapanku,
" kamu? " tanyaku tak percaya,
"jika kau disini hanya untuk menghentikan tangisku, lebih baik kau pergi saja. Aku tak ingin berhenti menangis sebelum air mata ini benar-benar kering!!!" .
"tidak..!!! Aku tidak akan menghentikan tangismu" balasnya. " lalu kau mau apa di sini?, menertawakanku? Apa kau bahagia melihatku menangis? Ah, maaf saja kau harus kecewa, pertengkaran kali ini bukan karena mu, jadi aku menangispun bukan karenamu." .
"sekali lagi kau salah, aku tak pernah bahagia melihatmu menangis, apalagi kau menangis karena ku. Mungkin benar aku hanya bisa membuat mu menangis dan tak mampu membuatmu tersenyum. Oleh sebab itu aku ingin berada di samping mu saat kau menangis. Menangislah di bahuku, pikirkan segala hal yang membuat mu menangis selama ini. Aku ingin merasakan tangismu, aku ingin menangis besamamu" jelasnya seraya memeluku. Aku menangis dalam peluknya. Entah mengapa setiap berada di dekatnya aku merasa nyaman. Aku merasa semua masalahku hilang melayang. Aku seolah tak peduli lagi dengan apapun, meski bersamanya adalah salah satu sumber masalahku. Aku selalu luluh dengan sikap-sikapnya, ketika hatiku beku seperti batupun kan cair seketika, bahkan sampai saat ini aku rela menjadi suatu entitas baginya. Seperti tiada namun selalu ada. Terkadang aku merasa malu kepada semua orang tentang perasaan ini. Perasaanku yg menjadi pemicu pertengkaran ku dengan sahabat"ku sebelumnya. Tapi sekali lagi ku katakan bahwa takan ada seorangpun yang mampu menolak cinta ketika ia ditakdirkan untuk ada, maka ia akan tetap ada, sekalipun cinta pada hati yang telah termiliki oleh cinta yang lain.
" kau, ikut aku..kita pergi sekarang " lirih melepaskan pelukannya. "kemana?" tanyaku. Tanpa menjawab pertanyaanku dia menuntunku, untuk mengikuti langkahnya, dia menggenggam erat tanganku menuju ruangan-ruangan memuakan itu lagi, sepertinya ia tak peduli dengan berpasang-pasang mata di sepanjang koridor. Dan ...
"kau adalah kesalahan yang terindah hingga buat ku marah tapi juga menikmati,
Kau adalah dosa termanis yang menggodaku saat kubutuh rasakan sedikit cinta.." tiba-tiba alarm di handphone ku berbunyi dan memaksaku bangun dari tidur ku dengan suara yang semakin lama semakin melengking dan mentari sudah menyelinap di celah-celah tirai jendela kamarku.
"ah aku masih ingin berada dalam mimpiku"
"aku takkan pernah mungkin bisa bersamamu karena aku adalah miliknya !!!"
Mendengar itu tak ada sebulir katapun yang keluar dari mulutku, bibirku terkatup beku dan sampai akhirpun aku hanya diam. Entah kini berada di keadaan yang seperti apa, tapi untuk pertama kalinya aku mendengar ia bicara degan lugas bahwa dia tak mungkin bersamaku,
kali ini dia yang membuatku mengerti dan untuk kesekian kalinya aku menyadari ini. Namun apalah arti kesadaran jika cinta berada jauh di atas logika.
Aku tak ingin bermain dengn fikiranku, bukankah ini adalah hal yang ku tunggu dimana dia dengan lantang menolak kehadiran ku. Tapi ternyata ini serasa mimpi buruk bagiku. Aku tak mampu mendeskripsikan lagi perasaanku, aku tak tau entah lega atau terluka.
Mataku yang sebelumnya terpejam kini terbuka, entah apa yang terjadi, dan aku segera menutup mata ku kembali agar melupakan ini.
_______
Mungkin ini musim semi, kulihat begitu banyak bunga" yang bermekaran. Pohon-pohon tinggi di pinggir jalan yang biasa dipenuhi dedaunan kecil di rantingnya kini terlihat bunga berwarna merah jambu dan kuning lebih mendominasi dan menyelimutinya. Seperti bunga sakura di jepang, tapi mana mungkin tumbuh bunga sakura di sini.
Kakiku terus melangkah, aku tak henti menatap keindahan ini, apalagi ketika hembusan angin menjatuhkan bunga-bunga itu dan membuatnya menari-nari di udara. Ku pikir ini seperti lartar belakang di komik-komik jepang.
Ku rasa hari ini akan lebih manis, tapi siapa sangka pertengkaran akan terjadi di ruangan yang kini ku tuju, pertengkaran ini memojokan ku, sekali lagi aku seperti ikan kecil yang mencari mati pada beruang-beruang besar karna tak menerima dijadikan santapan mereka. Aku beradu argumen dan seribu bantahan keluar dari bibirku dan mereka, mereka yg ku sebut sahabat. Entah apa yang menjadi pemicunya, tapi kurasa alasannya tidak seperti pertengkaran sebelumnya, kali ini bukan karena dia. Ruangan itu begitu gaduh oleh kalimat dengan nada-nada tinggi yg mengundang orang-orang yang berada di luar. Mereka datang dengan antusias untuk melihat atraksiku dan sahabatku. "mereka pikir ini lelucon" pekikku dalam hati. Mataku tertuju pada pojokan di sebelah pintu. Dia di sana, ya dia disana. Kurasa pertengkaran ini akan berakhir sebelum menemukan klimaksnya.
Tiba-tiba ruangan itu hening, karena orang" seantero ruangan itu hanya diam. Aku tak lagi nyaman dengan keadaan ini, ku berjalan cepat keluar ruangan memuakan itu , ku berjalan menuju bukit kecil yang di penuhi pepohonan yg berdaunkan bunga berwarna merah jambu. Aku duduk diatas bunga" yg tlah terhempas angin dan menjadi karpet di atas tanah. Aku terisak, air mata yang sejak tadi ku tahan tak mampu lagi ku bendung. Aku tertunduk lesu dan menangis sejadinya di temani semilir angin dan bunga-bunga yang menari diudara hingga aku tak sadar bahwa ada seseorang di hadapanku,
" kamu? " tanyaku tak percaya,
"jika kau disini hanya untuk menghentikan tangisku, lebih baik kau pergi saja. Aku tak ingin berhenti menangis sebelum air mata ini benar-benar kering!!!" .
"tidak..!!! Aku tidak akan menghentikan tangismu" balasnya. " lalu kau mau apa di sini?, menertawakanku? Apa kau bahagia melihatku menangis? Ah, maaf saja kau harus kecewa, pertengkaran kali ini bukan karena mu, jadi aku menangispun bukan karenamu." .
"sekali lagi kau salah, aku tak pernah bahagia melihatmu menangis, apalagi kau menangis karena ku. Mungkin benar aku hanya bisa membuat mu menangis dan tak mampu membuatmu tersenyum. Oleh sebab itu aku ingin berada di samping mu saat kau menangis. Menangislah di bahuku, pikirkan segala hal yang membuat mu menangis selama ini. Aku ingin merasakan tangismu, aku ingin menangis besamamu" jelasnya seraya memeluku. Aku menangis dalam peluknya. Entah mengapa setiap berada di dekatnya aku merasa nyaman. Aku merasa semua masalahku hilang melayang. Aku seolah tak peduli lagi dengan apapun, meski bersamanya adalah salah satu sumber masalahku. Aku selalu luluh dengan sikap-sikapnya, ketika hatiku beku seperti batupun kan cair seketika, bahkan sampai saat ini aku rela menjadi suatu entitas baginya. Seperti tiada namun selalu ada. Terkadang aku merasa malu kepada semua orang tentang perasaan ini. Perasaanku yg menjadi pemicu pertengkaran ku dengan sahabat"ku sebelumnya. Tapi sekali lagi ku katakan bahwa takan ada seorangpun yang mampu menolak cinta ketika ia ditakdirkan untuk ada, maka ia akan tetap ada, sekalipun cinta pada hati yang telah termiliki oleh cinta yang lain.
" kau, ikut aku..kita pergi sekarang " lirih melepaskan pelukannya. "kemana?" tanyaku. Tanpa menjawab pertanyaanku dia menuntunku, untuk mengikuti langkahnya, dia menggenggam erat tanganku menuju ruangan-ruangan memuakan itu lagi, sepertinya ia tak peduli dengan berpasang-pasang mata di sepanjang koridor. Dan ...
"kau adalah kesalahan yang terindah hingga buat ku marah tapi juga menikmati,
Kau adalah dosa termanis yang menggodaku saat kubutuh rasakan sedikit cinta.." tiba-tiba alarm di handphone ku berbunyi dan memaksaku bangun dari tidur ku dengan suara yang semakin lama semakin melengking dan mentari sudah menyelinap di celah-celah tirai jendela kamarku.
"ah aku masih ingin berada dalam mimpiku"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar